Minggu, 15 Maret 2009

Kondisi Lingkungan Lahan Basah di Desa Tungkaran


Pada tanggal 9 maret 2009, saya Kresna Dinta Masmitra mahasiswa FMIPA UNLAM program studi Biologi beserta mahasiswa lainnya melakukan kegiatan observasi lingkungan lahan basah di desa Tungkaran kecamatan Martapura kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Pengertian lahan basah sendiri adalah lahan yang secara alami atau buatan selalu tergenang, baik secara terus-menerus ataupun musiman, dengan air yang diam ataupun mengalir. Air yang menggenangi lahan basah dapat berupa air tawar, payau dan asin. Tinggi muka air laut yang menggenangi lahan basah yang terdapat di pinggir laut tidak lebih dari 6 meter pada kondisi surut.



Sebagian besar kondisi tanah di Kalsel adalah lahan basah atau lahan gambut. Artinya, daerah Kalsel merupakan kawasan rawa karena tergenang air, baik secara musiman maupun permanen dan banyak ditumbuhi vegetasi sehingga secara umum kondisi lahan basah memiliki tekstur, sifat fisik dan kimia yang khas.

Luas lahan basah di Kalsel mencapai 382.272 ha. Lahan basah di Kalsel merupakan daerah cekungan pada dataran rendah yang pada musim penghujan tergenang tinggi oleh air luapan dari sungai atau kumpulan air hujan, pada musim kemarau airnya menjadi kering.

Lahan basah sangat unik dan memiliki kepentingan ekologis yang luas, mulai tingkat lokal hingga global. Lahan basah bisa diberdayakan secara produktif bagi ekonomi lokal, sumbangannya terhadap keakekaragaman hayati juga sangat signifikan. Ribuan jenis tanaman unik dan unggas khas yang bermigrasi biasanya singgah di kawasan lahan basah.



Secara geografis desa Tungkaran di Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar terletak di 3 37' 22.8” Lintang Selatan dan 114 42' 09.2” Bujur Timur. Untuk dapat menjangkau desa tungkaran tidak diperlukan waktu lama, hanya menempuh waktu kurang lebih sekitar 19 menit dari kota Banjarbaru dengan kendaraan bermotor.

Kondisi lingkungan lahan basah di desa Tungkaran sangat banyak di tumbuhi vegetasi air seperti eceng gondok, purun tikus, kayapu dan teratai. Banyak juga pohon-pohon sagu yang tumbuh di sekitar lahan basah tersebut, selain itu juga terdapat ikan-ikan yang biasa hidup di perairan lahan basah seperti ikan betok, ikan sepat rawa, ikan sepat siam dan ikan gabus.



Eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang tumbuh di perairan lahan basah tersebut akarnya tumbuh menyentuh lumpur walaupun batang eceng gondok terlihat mengambang. Eceng gondok berbeda dengan teratai. Selintas saja melihat teratai, akan terlihat keanggunannya, apalagi musim berbunga. Tapi eceng gondok, susunan anatominya sederhana dan bahkan tidak menarik lagi, walau dulunya merupakan tanaman hias, karena populasinya yang banyak dan pertumbuhan vegetasinya yang cepat, tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya. Hanya beberapa jenis eceng gondok yang menarik bentuknya, yaitu eceng gondok yang batangnya panjang dan eceng gondok yang bentuknya kecil.

Eceng gondok dapat berfungsi untuk menjadi penyerap polutan yang bagus, sehingga air yang dihasilkan dari kolam khusus yang ditanami eceng gondok itu tidak mencemari lingkungan. Dari penelitian telah diketahui, tanaman berakar rimpang ini mampu menyerap nitrogen, fosfat dan zat organik. Bahkan juga bisa menyerap uranium dan mercirium, dua zat yang sangat berbahaya bila mencemari perairan. Sebagai bukti bahwa air yang disaring eceng gondok itu sudah sehat, bisa dilihat dari sekitar lahan perairan yang mulanya dipenuhi limbah, kini berkembang aneka satwa air seperti ikan, katak dan kepiting. Namun bukan berati tidak ada masalah sama sekali. Eceng gondok ini tidak bisa dibiarkan begitu saja tumbuh bebas. Setiap dua bulan eceng gondok itu harus diremajakan. Karena kalau terlalu tua kemampuan menyerap polutan berkurang, sehingga kualitas air yang disaringnya pun menurun.

Manfaat lain dari eceng gondok adalah eceng gondok dapat dibuat bahan kerajinan tangan, ada yang dibuat jadi tas,tikar dsb. Selain itu juga dapat dibuat makanan ternak dan campuran pupuk (kompos).



Selain eceng gondok dan teratai, daerah lahan basah di desa Tungkaran juga ditumbuhi oleh purun tikus. Purun tikus atau nama ilmiahnya Eleocharis dulcis yang kalau dalam ilmu taksonomi digolongkan cyperaceae merupakan tumbuhan khas lahan rawa. Tanaman air ini banyak ditemui pada tanah sulfat masam dengan tipe tanah lempung atau humus. Biasanya kita dapat menjumpainya pada daerah terbuka atau tanah bekas kebakaran. Batang tegak, tidak bercabang, warna abu-abu hingga hijau mengkilat dengan panjang 50-200 cm dan ketebalan 2-8 mm. Sedangkan daun mengecil sampai ke bagian basal, pelepah tipis seperti membran, ujungnya asimetris, berwarna cokelat kemerahan.



Tanaman purun tikus ini dapat dikatakan bersifat spesifik lahan sulfat masam, karena sifatnya yang tahan terhadap kemasaman tinggi (pH 2,5-3,5). Oleh sebab hal tersebut, tumbuhan ini dapat dijadikan vegetasi indikator untuk tanah sulfat masam. Purun tikus juga dapat dibuat kerajinan tangan seperti tikar purun.



Lahan basah di desa tungkaran berpotensi untuk di alih fungsikan menjadi kolam ikan dan pertanian kacang tanah bagi masyarakat sekitar karena bisa menghasilkan pendapatan yang besar, lahan basah di desa Tungkaran juga sangat cocok apabila di buat areal persawahan, hal ini bisa dilihat dengan banyaknya masyarakat sekitar yang menanam padi di areal lahan basah yang saya observasi tersebut.



Banyaknya masyarakat sekitar yang membuang sampah-sampah anorganik seperti sampah plastik dapat membuat kerusakan lingkungan lahan basah di desa Tungkaran tersebut, karena selain sulit untuk diuraikan juga dapat mencemari perairan yang ada di lahan basah tersebut.

Lahan basah mempunyai banyak manfaat, diantaranya yang utama adalah pencegah banjir di musim hujan dan mencegah kekeringan di musim kemarau. Lahan basah mempunyai kemampuan luar biasa untuk menampung air pada musim hujan. Air tersebut kemudian akan dilepaskan secara perlahan-lahan pada musim kemarau.

Manfaat lainnya adalah sebagai habitat bagi kehidupan berbagai macam satwa dan tumbuhan serta lahan budidaya pertanian, peternakan, dan perikanan yang menguntungkan apabila dikelola dengan baik.